Tuesday 31 July 2012

Yunus, Pembangkang Cerdas (Sinting),Tidak Munafik

Sejak kecil, salah satu tokoh idolaku adalah Nabi Yunus. Iya, Yunus. Yunus yang itu... Yang lari dari perintah Tuhan, terjebak badai, dijatuhkan dari kapal, dan kemudian dimakan oleh ikan paus, dan diam di dalamnya selama tiga hari tiga malam. 


Nggak banyak yang mengidolakan Yunus. Bahkan jujur, aku belum pernah bertemu dengan orang yang mengidolakan Yunus. Sebagian besar berpendapat apa yang dilakukan Yunus tidak patut dicontoh, tidak patut diajarkan pada anak-anak. Beberapa kali mengobrol dengan teman-teman di seminari, hampir semua berkata tidak pernah dianjurkan membaca kitab Yunus. 

Sebagian besar orang melihat Yunus sebagai pembangkang Tuhan. Orang yang lari dari panggilan, dan sering kali berdebat dengan Dia. Tapi di mataku, Yunus memiliki satu nilai lebih yang berbeda dari tokoh lainnya. Yunus tidak munafik.

Ya, Yunus tidak munafik. Ia lari ketika merasa panggilan itu tidak tepat baginya. Ketika ia diutus untuk ke Niniwe dan memberitakan kabar kepada orang-orang di sana, Yunus pergi melarikan diri naik kapal. Bisa kalian bayangkan? Melarikan diri dari Tuhan. Tapi sekalipun dia melarikan diri, dia bertanggung jawab. Ketika kapal diamuk badai, dan orang-orang di kapal saling berdoa pada Tuhannya masing-masing, Yunus malah berkata, "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:12)

Dia adil, dia bertanggung jawab. Dia berani menanggung resiko atas perbuatannya dan tidak mengajak orang lain ikut bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan. Dia tidak munafik. Dia jujur dan apa adanya. Ketika terjadi perbedaan pendapat antara ia dengan Tuhan, Yunus dengan apa adanya mengemukakan pemikirannya. Bahwa menurutnya tidak ada gunanya menyelamatkan Niniwe. Tanpa kemunafikan, ia berani berbeda dengan Tuhan, menjadi dirinya apa adanya. Yunus tidak menjilat dengan selalu menyetujui Tuhan tanpa mengerti apa sebenarnya maksud dan tujuan Tuhan. Ia menjadi berbeda, bertentangan, kemudian berdebat dengan Tuhan. Tapi dengan perdebatan itu, aku bisa melihat bahwa Yunus justru semakin mengenal dan memahami Tuhan. Bukan sekadar mencintai dan memuja tanpa dasar.

Aku jatuh cinta pada sosok Yunus. Sekalipun ia pembangkang, lari dari tugas panggilannya, tapi di balik semua itu ia adalah sosok yang berani, apa adanya, cerdas (atau sinting, entah. Cerdas dan sinting itu beda tipis), dan bertanggung jawab.

Aku pikir tidak banyak orang seperti Yunus sekarang ini. Ketika kita salah, kita tidak mau disalahkan sendirian. Kita ingin mengajak orang lain untuk ikut merasakan resiko dari kesalahan kita. Kita tidak mau menjadi pendosa sendirian. Tidak seperti Yunus.

Tidak banyak yang mau melihat sisi lain dari Nabi Yunus ini. Kebanyakan hanya melihatnya sebagai pembangkang yang lari dari Tuhan. Tapi bukankah Yunus itu manusia? Dan salahkah bila manusia dalam satu masa hidupnya lari dari Tuhan, mencari ke luar, mempertanyakan? Bukankah lebih baik begitu daripada memuja tanpa dasar dan tanpa pemahaman? Itu namanya cinta buta. 

Yunus mencari, Yunus mempertanyakan, Yunus tidak setuju, Yunus keluar dari pakem, dan sayangnya orang tersebut jarang mendapatkan tempat khusus. Kebanyakan orang seperti itu terbuang di antara manusia lainnya. Tapi apakah ia terbuang di mata Tuhan? Dari Kitab tersebut tidak. Tuhan malah senantiasa melindunginya, dan mengajarkannya secara halus dan penuh kasih sayang. Mencandai hambanya yang cerdas (sinting) tapi tidak munafik itu.

Aku bertanya-tanya, seberapa besar kesamaan Yunus dengan aku.

Saturday 28 July 2012

Daun-Daun Hijau

Bandung cukup dingin pagi ini. Dalam perjalanan pulang dari gereja, entah kenapa aku malah tertarik pada daun-daun hijau di sepanjang jalan Merdeka.






Aku kagum pada daun. Dengan tegar mereka bergantung pada ranting-ranting, menampilkan yang terbaik dari mereka, yang tersegar dari diri mereka, warna hijau yang meneduhkan, seperti sedang fashion show. Padahal mereka tahu, akan tiba masanya zat klorofil mereka akan berkurang, mereka menua, menjadi cokelat, layu, kemudian jatuh ke tanah. Kering...




Aku pikir selayaknya manusia pun seperti itu. Kita tahu nggak ada yang abadi. Kita tahu kita pasti mati. Kita tahu kita bisa gagal dan jatuh. Tapi semua itu nggak seharusnya menjadikan kita takut bersinar, takut menunjukkan yang terbaik dari kita.

Sebaliknya, kita harus tetap melakukan yang terbaik. Menggunakan seluruh 'klorofil' yang kita miliki, dan menghiasi dunia, meneduhkan dia, sampai tiba waktu kita untuk layu, kering, dan jatuh.

Meski begitu, terkadang ada juga daun segar yang masih hijau yang sudah jatuh. Jatuh sebelum waktunya. Aku bertanya-tanya, kenapa? Apakah daun itu takut menjadi tua? Takut menjadi cokelat, menjadi jelek. Jadi ia memilih jatuh ketika masih hijau. Atau mungkin ia lelah bertahan di usia muda? Kenapa?


Aku rasa banyak juga manusia yang seperti daun-daun hijau yang memilih jatuh tersebut.

Friday 27 July 2012

My Childhood Book

Baru-baru ini mamaku bilang aku udah terlalu banyak punya buku. Terlalu sering beli buku. Hm, is she right? *nengok rak buku di sebelah, menghela napas. Ingat rak buku yang di rumah, ngelus dada. :p

Dari kecil, aku memang suka baca buku. Ngemilnya, buku (selain choki-choki dan wafer). Kalau dapat reward gara-gara ranking, mintanya nggak pernah yang lain selain buku. Kalau pergi jauh kemana-mana, yang harus dibawa selain boneka kesayangan adalah buku. Dan itu jadi kebiasaan sampai sekarang. Kalau pergi jauh kemana-mana, kadang ransel penuhnya bukan gara-gara baju, tetapi gara-gara buku. =.=

Setiap malam sebelum tidur, yang aku minta bukan segelas susu. Ritual sebelum tidur waktu kecil adalah aku yang sudah mengenakan piyama, berlari ke kamar dan naik ke tempat tidur sambil membawa buku cerita atau majalah Bobo, dan minta dibacakan cerita oleh mama.

Jadi sepertinya buku dan aku memang sudah nggak bisa dipisahkan.

Aku jadi ingat. Ada tiga buku yang jadi favorit aku semasa kecil. 

1. Lima Sekawan - Enid Blyton


Ini mungkin adalah buku novel pertamaku. Aku mendapatkannya dari papa, dan yang aku punya adalah edisi yang sama persis dengan gambar yang aku pasang di atas, meski tanpa cover. Maklum, buku warisan. Tapi sejak baca buku ini, aku jadi ketagihan baca seri Lima Sekawan yang lain. Sekarang, aku cukup puas dengan versi digitalnya. Gosh, thanks to ebook... ^^

Yang pasti buku ini menceritakan tentang kisah petualang empat orang anak. Julian, Dicky, Anne, dan Georg(ina). Tentang petualangan mereka, dan bagaimana mereka selalu bertemu dengan misteri-misteri. O ya! Ada juga anjing George yang bernama Timmy yang selalu setia menemani petualangan keempat anak tersebut.


2. Mallory Towers- Enid Blyton

Masih dari Enid Blyton, setelah puas dengan seluruh seri Lima Sekawan yang ada di perpustakaan SDku, aku pindah ke Mallory Towers. Buku ini menceritakan tentang dinamika kehidupan para gadis remaja di sebuah sekolah asrama khusus perempuan. Mulai dari mereka masuk di tahun pertama, hingga mereka mencapai tahun terakhir. I love the last term... 

3. S.T.O.P - Stefan Wolf


Yang satu ini, nggak jauh berbeda sebenarnya dari Lima Sekawan. Masih soal detektif juga, hanya saja mereka memang sekelompok anak kuliahan yang membuat biro detektif kecil-kecilan.


Remember those three memmorables books, aku rasa nggak heran kalau sampai sekarang aku dan buku nggak bisa dipisahkan. Meski sekarang masih ada banyak buku dan ebook yang belum sempat terbaca, tetapi buku tetap soulmate. 

Ada yang punya buku favorit lain semasa kecil? :)

Thursday 26 July 2012

Cita-Cita

Setiap orang pasti memiliki cita-citanya masing-masing. Dan sejak kecil, cita-citaku sudah berulang-kali ganti. Aku rasa kebanyakan orang juga mengalaminya

Since I was a little girl, I've been a dreamer. 

"Mama.... Aku mau terbang Mama..."
Seingatku aku mulai memiliki cita-cita ketika berusia 3 atau 4 tahunan. Sejak itu, keinginanku beberapa kali loncat dari satu profesi ke profesi yang lain. And they are...

1. Guru

Yeah, aku pernah ingin menjadi guru ketika melihat guru-guru TK ku yang begitu menyenangkan dan begitu dicintai anak-anak. Ketahanan cita-cita ini gagal. Bahkan sekarang aku sama sekali menghindari kemungkinan untuk menjadi seorang guru. Takut karma karena sering jailin dan gosipin guru-guru SD, SMP, dan SMA. :D
So sorry...


2. Dokter

Profesi satu ini gugur setelah aku pergi ke rumah sakit. Nggak pernah suka pergi ke rumah sakit. ;(

3. Tukang parkir
Unyu sekali Bapak ini.... 
Seriously, umur 4 tahun aku pernah bilang ke Papa di mobil dalam perjalanan ke sekolah. "Papa... Bapak tukang parkirnya enak ya... Uangnya banyak. Papa juga ngasih uang terus sama dia. Aku mau jadi tukang parkir..."
Waktu kecil aku masih matre. :p
Padahal pas itu uangnya paling dibeliin choki-choki sama susu. :D


4. Polwan
Iya loh... Aku pernah mau jadi polwan. Tapi begitu tahu rambutnya harus dipotong pendek terus, langsung mundur teratur. Yang maju cuma bibir, cemberut.


5. Pemandu wisata

Kelas 3 SD, kalau ditanya, "Kamu mau jadi apa?"
Pasti aku jawab jadi tour guide. Ini hasil dari dengar cerita Papa yang baru pulang wisata ke Eropa dan liat-liat buku promosi travel agent yagn dia  bawa.
Murah sekali motivasinya... :)


6. Komikus

Kelas 5 SD, aku mulai suka menggambar. Berambisi banget malah. Sering begadang cuma buat nyelesain satu atau dua gambar. Dan pada masa itu, impianku adalah bikin komik sendiri atau jadi animatornya Disney.
Dulu aku juga punya Wall of Art sendiri di kamar. Haha....
Dan kalau ada teman atau saudara yang masuk ke kamar, rasanya seolah jadi artis. :D


7. Penulis best seller

Ini udah memasukin masa-masa SMP. Menggambar udah ga jadi ambisi lagi, cuma hobi.
Aku udah kecebur di tinta dan jadi mabok sama tinta. *ups
Udah bisa cari uang dengan nulis, dan... impianku adalah nulis novel sendiri.
Sampai sekarang belum ada yang PD untuk diselesain, apalagi dikirimin ke penerbit.
Somedaylah...


8. Jurnalis

Inilah aku sekarang. Ingin menjadi jurnalis, apalagi bidang travel. Aku mau keliling dunia,melaporkan banyak hal, berinteraksi dengan berbagai orang, berbagai budaya, mencicipi sendiri berbagai makanan dari seluruh dunia. That's what I wanna be, journalist!


Bisa dilihat bagaimana transformasi cita-citaku mulai dari aku masih berkuncir dua dan berusia 3 tahun, sampai sekarang aku berusia 19 tahun dan sudah nggak pernah lagi dikuncir dua. 

Dan gonta-ganti cita-cita itu wajar kok, nggak masalah. Selama pada akhirnya kamu benar-benar tahu dan yakin profesi apa yang ingin kamu pilih. Tapi bukan berarti kamu nggak boleh konsisten. Konsisten tetap harus nomor 1.

When you find what you wanna do, then do it! Don't just dream it. 

Aku sering ngobrol dengan teman-temanku soal cita-cita. Berbagi cerita soal ingin jadi apa kita dulu saat kecil, hingga ingin jadi apa kita sekarang. That was a great momment. Why? Because, mereka tampak samgat berkilau ketika mereka tengah begitu bersemangat menceritakan impian masa depannya. Auranya selalu berhasil membuatku terpukau.

Tapi satu hal yang sering aku temui. Ada banyak orang dewasa, seumur atau mungkin lebih tua dariku, cita-citanya abstrak. Maksudnya, jenis cita-cita seperti ini:
  • ingin membanggakan orang tua
  • ingin berguna bagi nusa dan bangsa
  • ingin menjadi manusia berguna
  • etc


Sementara waktu kita kecil, kita mau jadi polisi, dokter, tentara, guru, atau yang lain. Kenapa ya? Apakah semakin bertambahnya usia seseorang, semakin rendah tingkah keoptimisannya? Apakah karena kita sudah terlalu banyak tahu tentang kehidupan? Sudah terlalu lama hidup? Ada yang bilang semakin kita tahu banyak tentang kehidupan, semakin kita tidak bahagia. Sebenarnya aku kurang setuju dengan pernyataan itu. Menurutku justru anak-anak kecillah yang benar-benar tahu bagaimana caranya 'hidup'. Lagipula, semakin banyak tahu tentang kehidupan bukan berarti merenggut kebahagiaan. Tergantung dari angle mana kita ingin meyakininya.

Tapi di atas semua itu, aku tetap ingin bilang bahwa bergonta-ganti cita-cita, mencari cita-cita, merupakan salah satu bagian dari proses hidup manusia. Mencari, it's OK. Tapi tetap harus punya konsistensi. Ketika kamu menemukan dan berhenti mencari, maka gelutilah, dan jadilah yang terbaik.

Banyak orang tidak menjalankan profesi yang mereka cintai. Banyak orang mengubur mimpinya. Aku harap, aku tidak menjadi salah satunya. Dan aku pastikan itu pada diriku sendiri.

Tuesday 24 July 2012

I'm Addicted To Bubbles IQ

Jangan ganggu! Lagi asyik nembakin buble-buble unyu.

Berambisi kronis

Mimik dulu ah.... :p

Ini dia permainan simple yang memperbudakku beberapa waktu ini



'Til now, I've got 342.70. My goal is... 500. :D



OK, Bubbles IQ menginvasiku..

Monday 23 July 2012

Once Upon A Time At Pakem, Yogyakarta

Beberapa waktu lalu, aku menyempatkan diri untuk backpacking ke Yogyakarta bersama beberapa teman. Hari ketiga, kami berencana mengunjungi tempat wisata Kaliurang. Dalam perjalanan, ternyata kami melewati Pakem, daerah yang juga terkena muntahan lahar panas Merapi. Dan ternyata kondisi di sana masih sanggup membuatku terkejut.

I took some pictures for you.

Ini dulunya sekolah, namanya SDN Gungan. Now, we just have rubbles...


Lautan Abu


Dulu, anak-anak berlarian, bermain di situ saat jam istirahat. Sekarang, yang bermain cuma abu

Padamu Tuhan Kami Berserah, Man Jadda Wa Jadda


Di sini dulunya ada ruang-ruang kelas tempat mereka belajar

Percaya atau enggak, batu sebesar ini diterbangkan oleh Merapi ke sini. I've seen the bigger one

Lama sejak itu, Pakem masih diselimuti abu
Aku ingat pernah ke sana sekitar 2 tahun lalu untuk mengantarkan bantuan. Dan Pakem, memang salah satu daerah yang menderita kerusakan parah. Dan kini, setelah 2 tahun, Tuhan mengembalikan aku ke sini untuk menyaksikan sendiri kondisi Pakem sekarang.

Kesempatan ini menjejakkan aku kembali ke dunia nyata dan kepada hakku untuk bersyukur yang kadang masih lupa aku gunakan. Aku tidak bisa membayangkan kalau sekolahku yang berubah menjadi puing-puing seperti SDN Gungan itu. Dan menurut cerita beberapa pekerja di sana, ternyata warga masih takut untuk kembali menempati daerah ini. Trauma psikologis dan rasa kehilangan yang berat menahan mereka dan menggeser mereka untuk mencari tempat lain.

Di saat teman-temanku yang lain sibuk foto-foto, mengabadikan momment mereka menginjakkan kaki di lokasi yang dulu dilanda bencana, aku terenyuh. Pakem menjejakkan aku pada realitas kehidupan, dan membuat aku melihat hidupku lebih indah dari sebelumnya.

Untuk Senja,

(meneguk secangkir kopi kenangan)

Terlalu lambat untuk sebuah kesadaran. Keputusanku salah Sayang.

Kamu pergi terlalu jauh. Jejakmu hilang dicumbui angin. Melayang meninggalkan butiran pasir tak berpola. Mungkinkah memang tak ada jejak? Kamu tidak mau meninggalkan tanda, bisa jadi kamu memang enggan pulang. Memang bukan lagi aku rumahmu sekarang.


Bukan aku...
Bukan lagi belai dan senyumku temani istirahat malammu. 
Bukan lagi aku bersenandung buai lelapkanmu. 
Wajah damaimu kini berwujud bayang-bayang kosong.
Dan di sana, seseorang lain memiliki teduh damai sinar matamu.
Sinar mata yang dulu berkata kamu mengerti aku.
Mencintai aku...

Semoga saja bukan namaku yang kamu sebut kala lelapmu di sana.


Silakan kamu sebut, tapi
cukuplah hatimu bicara
atau gerak bibir tanpa suara.
Setidaknya aku tahu bahwa jujurmu, kamu masih mau aku. Aku masih gadismu... Dan kamu masih orang yang sama yang aku kenal bertahun-tahun lalu, ketika aku masih belia dan tidak mengerti bahwa cinta dan pernikahan itu tidak selalu berteman akrab. Ada kalanya mereka tidak saling membutuhkan.

Lalu? Lalu apa? Kamu masih penasaran apa aku masih menunggu?
Menunggu, tidak Sayang... Mencintai, iya. Cintaku kini berwujud rintik hujan. Ku bisikkan pada tetes-tetes hujan yang sempat lewat di hadapanku, sebelum kemudian jatuh dan meresap ke dalam tanah. Aku tahu ia akan mengalir, kembali ke laut, sungai, ataupun danau, kemudian menguap dan membentuk awan mendung.

Setelah itu, turun sebagai hujan di tempatmu.
Di hadapanmu...






P.S aku berusaha memenuhi janjiku dulu. Belajar mencintai seseorang selain kamu.
Belum berhasil 100%, tetapi aku lebih baik sekarang. :)

Menjadi Manusia Itu Indah

Pagi ini bangun pukul 08.03. Bandung, sejuk.


Muka baru bangun tidur langsung ambil handphone buat foto

Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah, aku bangga dilahirkan sebagai manusia. Bukan hanya karena kita diberi akal dan budi, tetapi sungguh-sungguh karena Dia menciptakan kita dengan begitu indah dan kompleksnya. Iya, complex. Kita ini makhluk ciptaan yang complexSegala sesuatu pada diri kita mengandung filosofi, simbol-simbol yang menyembunyikan maksud atau kehendak Dia. 

Pikirkan bagaimana nikmatnya menjadi manusia. Diberi sepasang mata untuk melihat keindahan dunia dan dalam beberapa kasus untuk menunjukkan pada dunia keindahan dalam diri kita yang terkadang tidak mampu kita ungkapkan melalui kata-kata. Aku berpikir bahwa proses yang dilalui mata kita hingga bisa melihat suatu benda mulai dari masuknya sinar yang seingatku menembus lensa mata, yang kemudian membiaskannya dan kemudian sinar tersebut jatuh secara terbalik di retina mata, dan sinar tersebut kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal yang diteruskan oleh syaraf ke otak untuk diterjemahkan, menurutku luar biasa. Proses yang tidak kita sadari dan tidak kita rasakan tetapi bisa kita rasakan manfaatnya.

Dan Dia memberi kita sepasang mata, bukannya cuma satu. Dan sepasang mata itu diletakkan di kanan dan kiri, dan bukannya di tengah, dengan posisi atas dan bawah. Menurutku supaya kita juga bisa melihat segala sesuatu dari sisi yang lebih luas, lebih banyak, dan bukan hanya satu sisi saja.

Kita juga diberi sepasang telinga yang juga diletakkan di kanan dan kiri supaya kita bisa mendengar tidak hanya dari satu sisi. Kita diberi sepasang telinga, tetapi hanya diberi sebuah mulut. Ku pikir dengan ini Dia mau bicara pada kita bahwa Dia menghendaki kita lebih banyak mendengar terlebih dahulu sebelum banyak bicara. Sayangnya banyak orang justru lebih banyak bicara dan jarang mendengar.

Dan bagaimana indahnya kita bisa mencium berbagai aroma, mengecap berbagai rasa, mengingat berbagai kejadian dan hal-hal yang dianggap penting. Bagaimana kulit kita bisa merasakan sentuhan, kehangatan, dingin, ataupun rasa sakit. 

Bagaimana kita, sebagai manusia, diberi kebebasan untuk berkehendak, untuk berpikir dan berkembang. Menurutku itu indah. Menjadi manusia itu indah. Dan menyadari semua itu, aku merasa...

bangga menjadi manusia...


Sunday 22 July 2012

13 Songs That I Picked

Bukan bermaksud keBarat-baratan sehingga ketiga belas lagu yang aku pilih ini semuanya berbahasa Inggris. 

 Beberapa lagu ini sering menjadi temanku ketika jari-jemari ini menari di atas keboard. Beberapa menjadi stimulan ketika aku merasa putus asa. Ada lagu yang jujur, punya kenangan tersendiri. 

Just wanna share a little. Tidak bermaksud promosi, apalagi menuangkan masalah pribadi. 
So, here we go...

13. Cruisin - Sioen


You're looking around you are hasted
You're supervising my chief my heart is tikking, let it on
Looks like you're dying to say
But now you turn your head away
Get out and leave me, let it on

Lagu ditinggalkan yang sangat emosional, kalau yang ini 'dalem' kenangannya.


12. Bizzare Love Triangle - Frente


There's no sense in telling me
The wisdom of a fool won't set you free
But that's the way that it goes and it's what nobody knows
And everyday my confusion grows

Pertama terpesona dengan suara innocent Frente, berujung pada jatuh cinta dengan liriknya. Menurutku, cinta segitiga diungkapkan dengan indah, apa adanya, tetapi tetap 'nyelekit'.


11. Power of Love - Celine Dion


Cause I'm your lady... And you are my man
Whenever you reach for me. I'll do all that I can
We're heading for something
Somewhere I've never been
Sometimes I am frightened but I'm ready to learn
Of the power of love...

Well, ini adalah salah satu lagu yang aku inginkan ada di pernikahanku suatu hari nanti.



10. My Way - Frank Sinatra


And now, the end is here
And so I face the final curtain
My friend, I'll say it clear
I'll state my case, of which I'm certain
I've lived a life that's full
I traveled each and ev'ry highway
And more, much more than this, I did it my way...

Lagu ini ngajarin untuk memiliki keyakinan akan pilihan yang udah kita ambil dalam hidup kita. Jadul memang... But who cares?


9. Ordinary People


We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cuz we're ordinary people...

Dengerin lagu ini sambil minum segelas besar cokelat hangat atau secangkir teh tawar sambil menatap ke luar jendela, membuatku merasa 'normal'.


8. Amazing Grace

Amazing grace... How sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now I'm found
Was blind, but now I see

Ada banyak versi lagu ini dan aku suka semuanya. Pertama mendengar lagu ini, aku nangis. *nyari-nyari sapu tangan

7. Breakaway


I'll spread my wing and I'll learn how to fly. I'll do what it takes til' I touch the sky. And I'll make a wish. Take a chance. Make a change. And breakaway

Ga perlu ditanya lagi. Lagu ini yang membuatku bangkit setelah jatuh lagi. Jatuh, bangkit, jatuh, dan terus bangkit lagi (sampai di sini kalimatku mulai mirip lirik lagu dangdut).


6. After the Rain


If I could bottled the smell of the wet land after the rain. I'd make it a perfume and send it to your house
...
If only I could find my way to the ocean
I'm already there with you
If somewhere down the line we will never get to meet
I'll always wait for you after the rain

Masih menunggu kiriman parfum beraroma hujan. :)


5. Jar of Hearts


Who do you think you are running 'round leaving scars, collecting your jar of hearts, and tearing love apart
You're gonna catch a cold from the ice inside your soul

Kalau habis ditinggalin, berhasil move on, and then that jerk begging to come back again, nyanyiin lagu ini buat dia!


4. Thousand Candles Lighted


Thousand flowers bloom and each flower is a hope
Let us be the people who bring a better tomorrow with strength and hope we cover it by love
Only with strength and hope we build a better tomorrow

Petikan gitarnya, suara Endahnya, lirik lagunya, memunculkan musim semi untuk harapan-harapan baru di hatiku. ')


3. A Thousand Years


how can I love when I'm afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow

Lagu ini yang membuatku berani kembali mencintai seseorang. Menjadi lebih kuat dan menghilangkan keraguan.
Meksi sebenarnya belum pernah nonton satu pun film Twilight.


2. Disguise


I'm okay... I really am now
Just needed some times to figure things out
Not telling lies. I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come

Ini lagu yang nggak pernah bosan jadi stimulan semangat waktu lagi down. Dengerin lagu ini membuatku bisa dengan leganya berkata, "I'm okay..."


1. F**kin Perfect


Made a wrong turn, once or twice. Dug my way out, blood and fire. Bad decisions, that's alright. Welcome to my silly life. Mistreated, misplaced, misunderstood. Miss, no way it's all good, it didn't slow me down. Mistaken, always second guessing. Underestimated, look, I'm still around.

Terhitung baru suka sama lagu ini. Tapi lagu ini selalu sukses narik ujung bibir ke atas.
Senyum untuk dunia... :)

Jangan Takut Membuat Keputusan!

I once was lost... But now I'm found...

-Amazing Grace-






Pernah aku pergi, hilang, mempertanyakan. Awalnya hanya sedikit melangkah keluar. Tanpa sadar, aku sudah melangkah terlalu jauh hingga kehilangan arah. Tidak mengerti kemana aku harus pulang, ke arah mana tempat segala kelelahan ini bisa aku buang.

Aku memang nakal. Tidak suka menerima konsep yang sudah ada begitu saja. 'Bertanya' adalah nama tengahku. Susunan konsep mengenai dunia ini yang diakui oleh masyarakat aku tolak mentah-mentah, aku preteli, untuk kemudian aku susun kembali dengan caraku sendiri. Entah hasilnya akan sama atau tidak dengan konsep sebelumnya yang sudah ada, tetapi yang jelas aku lebih bisa menerimanya. Aku lebih bisa menerimanya menjadi bagian dari diriku, kehidupanku.

Hingga suatu hari, ternyata aku pergi terlalu jauh. Tersesat dalam banyaknya pilihan, tersesat dalam keping-keping konsep yang coba aku susun sendiri.

Tapi kini aku sudah membuat keputusan. Aku pulang...

Dan pulang ternyata juga tidak mudah. Ada banyak pertanyaan, ada banyak celaan, ada banyak penghakiman. Verbal maupun non verbal. Tapi sejak hari itu, ketika aku berdoa di Kerep dan membuat keputusan, aku tahu semua ini memang tidak akan pernah mudah.

Tidak ada yang bilang bahwa jalan yang aku pilih ini aman-aman saja. Tanpa kerikil, tak berdebu, dan bertanah empuk. Tidak ada yang bilang bahwa aku akan mampu menjalaninya dengan mudah. Tidak ada yang bilang bahwa jalan ini menjamin aku sejahtera (ya iya, yang aku pilih itu kan agama, bukannya pesugihan :p). Tapi aku memang tidak butuh semua jaminan itu. Karena aku tahu harga yang aku bayar pantas. Semua air mata ini, semua rasa sakit ini, semua rasa kecewa ini menurutku tidak terlalu berlebihan untuk dapat merasa lebih dekat dengan Dia.

Dan aku bangga akan keputusanku. Keputusan yang aku ambil berdasarkan kata hatiku sendiri, bukan mendengarkan orang lain, atau sekadar mengikuti keluarga apalagi tradisi. Dengan begini aku merasa lebih yakin bahwa aku bisa mempertanggungjawabkan keputusanku. Aku merasa aku lebih bisa menghayati keputusanku. Dan satu lagi, aku bangga karena telah menggunakan hak kebebasanku sebagai makhluk bernama manusia yang diberi akal dan budi, sehingga ia memang ditakdirkan untuk berpikir, menimbang, dan merasakan, bukan sekadar ikut-ikutan. Sayangnya, banyak orang takut mengambil jalan yang berbeda.

Padahal menurutku sebagai manusia kita memang diberi hak penuh untuk hidup. Yang aku maksud hidup di sini bukan sekadar bernapas, berjalan, makan, minum, ataupun kentut. Yang aku maksud hidup di sini adalah mengenal diri sendiri, mengenal dunia yang sudah diberikan pada kita sejak kita lahir, mengakrabi Tuhan, sadar akan keberadaan kita, berpikir, merasa, menimbang, dan membuat keputusan. Hewan dan tumbuhan tidak sebebas itu...

Jadi, kalau Tuhan sudah begitu baiknya menganugerahi kita hak istimewa, kenapa kita harus ragu dan takut menggunakannya hanya karena takut pada apa yang disebut 'omongan orang'? Bukan berarti aku bilang kita tidak perlu mendengarkan orang lain. Mendengarkan itu penting. Hanya saja, bukan berarti pendapat orang lain itu menjadi satu-satunya kiblat hidup kita. Diri kita sendiri, tetap saja menjadi pengatur utama kehidupan kita.



So guys, saranku, jangan takut untuk memilih jalan yang berbeda dengan jalan yang dipilih orang lain. Putuskan jalanmu sendiri, ambil arahmu sendiri. Bukan sekadar jalan yang dipilih orang tuamu, kakakmu, temanmu, nenek moyangmu, atau bahkan pacarmu. Bahkan jangan pernah takut sekalipun jalan itu terlihat berdebu, gelap, penuh batu, dan tidak aman sama sekali. Selama kamu sudah yakin bahwa jalan itu terbaik untukmu, just go through it! Jalani saja.



Sekarang, aku sudah memilih dan aku bahagia dengan pilihan ini, sekalipun tidak mudah bagiku untuk menjalaninya. Sekalipun banyak lebah berdengung akibat pilihanku ini. Tapi tidak masalah... Aku anggap saja semua itu sound effect menarik yang mengiringi perjalanku ini. Dan sekarang, dengan suka cita aku bisa berkata pada Dia, "Anak nakalMu yang hobinya bertanya ini sudah pulang. Pasrah untuk Kau bentuk dan Kau utus."

Dan aku, tidak lagi takut membuat keputusan sekalipun jalan yang aku pilih itu berbeda. :)