Thursday 26 July 2012

Cita-Cita

Setiap orang pasti memiliki cita-citanya masing-masing. Dan sejak kecil, cita-citaku sudah berulang-kali ganti. Aku rasa kebanyakan orang juga mengalaminya

Since I was a little girl, I've been a dreamer. 

"Mama.... Aku mau terbang Mama..."
Seingatku aku mulai memiliki cita-cita ketika berusia 3 atau 4 tahunan. Sejak itu, keinginanku beberapa kali loncat dari satu profesi ke profesi yang lain. And they are...

1. Guru

Yeah, aku pernah ingin menjadi guru ketika melihat guru-guru TK ku yang begitu menyenangkan dan begitu dicintai anak-anak. Ketahanan cita-cita ini gagal. Bahkan sekarang aku sama sekali menghindari kemungkinan untuk menjadi seorang guru. Takut karma karena sering jailin dan gosipin guru-guru SD, SMP, dan SMA. :D
So sorry...


2. Dokter

Profesi satu ini gugur setelah aku pergi ke rumah sakit. Nggak pernah suka pergi ke rumah sakit. ;(

3. Tukang parkir
Unyu sekali Bapak ini.... 
Seriously, umur 4 tahun aku pernah bilang ke Papa di mobil dalam perjalanan ke sekolah. "Papa... Bapak tukang parkirnya enak ya... Uangnya banyak. Papa juga ngasih uang terus sama dia. Aku mau jadi tukang parkir..."
Waktu kecil aku masih matre. :p
Padahal pas itu uangnya paling dibeliin choki-choki sama susu. :D


4. Polwan
Iya loh... Aku pernah mau jadi polwan. Tapi begitu tahu rambutnya harus dipotong pendek terus, langsung mundur teratur. Yang maju cuma bibir, cemberut.


5. Pemandu wisata

Kelas 3 SD, kalau ditanya, "Kamu mau jadi apa?"
Pasti aku jawab jadi tour guide. Ini hasil dari dengar cerita Papa yang baru pulang wisata ke Eropa dan liat-liat buku promosi travel agent yagn dia  bawa.
Murah sekali motivasinya... :)


6. Komikus

Kelas 5 SD, aku mulai suka menggambar. Berambisi banget malah. Sering begadang cuma buat nyelesain satu atau dua gambar. Dan pada masa itu, impianku adalah bikin komik sendiri atau jadi animatornya Disney.
Dulu aku juga punya Wall of Art sendiri di kamar. Haha....
Dan kalau ada teman atau saudara yang masuk ke kamar, rasanya seolah jadi artis. :D


7. Penulis best seller

Ini udah memasukin masa-masa SMP. Menggambar udah ga jadi ambisi lagi, cuma hobi.
Aku udah kecebur di tinta dan jadi mabok sama tinta. *ups
Udah bisa cari uang dengan nulis, dan... impianku adalah nulis novel sendiri.
Sampai sekarang belum ada yang PD untuk diselesain, apalagi dikirimin ke penerbit.
Somedaylah...


8. Jurnalis

Inilah aku sekarang. Ingin menjadi jurnalis, apalagi bidang travel. Aku mau keliling dunia,melaporkan banyak hal, berinteraksi dengan berbagai orang, berbagai budaya, mencicipi sendiri berbagai makanan dari seluruh dunia. That's what I wanna be, journalist!


Bisa dilihat bagaimana transformasi cita-citaku mulai dari aku masih berkuncir dua dan berusia 3 tahun, sampai sekarang aku berusia 19 tahun dan sudah nggak pernah lagi dikuncir dua. 

Dan gonta-ganti cita-cita itu wajar kok, nggak masalah. Selama pada akhirnya kamu benar-benar tahu dan yakin profesi apa yang ingin kamu pilih. Tapi bukan berarti kamu nggak boleh konsisten. Konsisten tetap harus nomor 1.

When you find what you wanna do, then do it! Don't just dream it. 

Aku sering ngobrol dengan teman-temanku soal cita-cita. Berbagi cerita soal ingin jadi apa kita dulu saat kecil, hingga ingin jadi apa kita sekarang. That was a great momment. Why? Because, mereka tampak samgat berkilau ketika mereka tengah begitu bersemangat menceritakan impian masa depannya. Auranya selalu berhasil membuatku terpukau.

Tapi satu hal yang sering aku temui. Ada banyak orang dewasa, seumur atau mungkin lebih tua dariku, cita-citanya abstrak. Maksudnya, jenis cita-cita seperti ini:
  • ingin membanggakan orang tua
  • ingin berguna bagi nusa dan bangsa
  • ingin menjadi manusia berguna
  • etc


Sementara waktu kita kecil, kita mau jadi polisi, dokter, tentara, guru, atau yang lain. Kenapa ya? Apakah semakin bertambahnya usia seseorang, semakin rendah tingkah keoptimisannya? Apakah karena kita sudah terlalu banyak tahu tentang kehidupan? Sudah terlalu lama hidup? Ada yang bilang semakin kita tahu banyak tentang kehidupan, semakin kita tidak bahagia. Sebenarnya aku kurang setuju dengan pernyataan itu. Menurutku justru anak-anak kecillah yang benar-benar tahu bagaimana caranya 'hidup'. Lagipula, semakin banyak tahu tentang kehidupan bukan berarti merenggut kebahagiaan. Tergantung dari angle mana kita ingin meyakininya.

Tapi di atas semua itu, aku tetap ingin bilang bahwa bergonta-ganti cita-cita, mencari cita-cita, merupakan salah satu bagian dari proses hidup manusia. Mencari, it's OK. Tapi tetap harus punya konsistensi. Ketika kamu menemukan dan berhenti mencari, maka gelutilah, dan jadilah yang terbaik.

Banyak orang tidak menjalankan profesi yang mereka cintai. Banyak orang mengubur mimpinya. Aku harap, aku tidak menjadi salah satunya. Dan aku pastikan itu pada diriku sendiri.

0 comments:

Post a Comment