Tuesday 31 July 2012

Yunus, Pembangkang Cerdas (Sinting),Tidak Munafik

Sejak kecil, salah satu tokoh idolaku adalah Nabi Yunus. Iya, Yunus. Yunus yang itu... Yang lari dari perintah Tuhan, terjebak badai, dijatuhkan dari kapal, dan kemudian dimakan oleh ikan paus, dan diam di dalamnya selama tiga hari tiga malam. 


Nggak banyak yang mengidolakan Yunus. Bahkan jujur, aku belum pernah bertemu dengan orang yang mengidolakan Yunus. Sebagian besar berpendapat apa yang dilakukan Yunus tidak patut dicontoh, tidak patut diajarkan pada anak-anak. Beberapa kali mengobrol dengan teman-teman di seminari, hampir semua berkata tidak pernah dianjurkan membaca kitab Yunus. 

Sebagian besar orang melihat Yunus sebagai pembangkang Tuhan. Orang yang lari dari panggilan, dan sering kali berdebat dengan Dia. Tapi di mataku, Yunus memiliki satu nilai lebih yang berbeda dari tokoh lainnya. Yunus tidak munafik.

Ya, Yunus tidak munafik. Ia lari ketika merasa panggilan itu tidak tepat baginya. Ketika ia diutus untuk ke Niniwe dan memberitakan kabar kepada orang-orang di sana, Yunus pergi melarikan diri naik kapal. Bisa kalian bayangkan? Melarikan diri dari Tuhan. Tapi sekalipun dia melarikan diri, dia bertanggung jawab. Ketika kapal diamuk badai, dan orang-orang di kapal saling berdoa pada Tuhannya masing-masing, Yunus malah berkata, "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yunus 1:12)

Dia adil, dia bertanggung jawab. Dia berani menanggung resiko atas perbuatannya dan tidak mengajak orang lain ikut bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan. Dia tidak munafik. Dia jujur dan apa adanya. Ketika terjadi perbedaan pendapat antara ia dengan Tuhan, Yunus dengan apa adanya mengemukakan pemikirannya. Bahwa menurutnya tidak ada gunanya menyelamatkan Niniwe. Tanpa kemunafikan, ia berani berbeda dengan Tuhan, menjadi dirinya apa adanya. Yunus tidak menjilat dengan selalu menyetujui Tuhan tanpa mengerti apa sebenarnya maksud dan tujuan Tuhan. Ia menjadi berbeda, bertentangan, kemudian berdebat dengan Tuhan. Tapi dengan perdebatan itu, aku bisa melihat bahwa Yunus justru semakin mengenal dan memahami Tuhan. Bukan sekadar mencintai dan memuja tanpa dasar.

Aku jatuh cinta pada sosok Yunus. Sekalipun ia pembangkang, lari dari tugas panggilannya, tapi di balik semua itu ia adalah sosok yang berani, apa adanya, cerdas (atau sinting, entah. Cerdas dan sinting itu beda tipis), dan bertanggung jawab.

Aku pikir tidak banyak orang seperti Yunus sekarang ini. Ketika kita salah, kita tidak mau disalahkan sendirian. Kita ingin mengajak orang lain untuk ikut merasakan resiko dari kesalahan kita. Kita tidak mau menjadi pendosa sendirian. Tidak seperti Yunus.

Tidak banyak yang mau melihat sisi lain dari Nabi Yunus ini. Kebanyakan hanya melihatnya sebagai pembangkang yang lari dari Tuhan. Tapi bukankah Yunus itu manusia? Dan salahkah bila manusia dalam satu masa hidupnya lari dari Tuhan, mencari ke luar, mempertanyakan? Bukankah lebih baik begitu daripada memuja tanpa dasar dan tanpa pemahaman? Itu namanya cinta buta. 

Yunus mencari, Yunus mempertanyakan, Yunus tidak setuju, Yunus keluar dari pakem, dan sayangnya orang tersebut jarang mendapatkan tempat khusus. Kebanyakan orang seperti itu terbuang di antara manusia lainnya. Tapi apakah ia terbuang di mata Tuhan? Dari Kitab tersebut tidak. Tuhan malah senantiasa melindunginya, dan mengajarkannya secara halus dan penuh kasih sayang. Mencandai hambanya yang cerdas (sinting) tapi tidak munafik itu.

Aku bertanya-tanya, seberapa besar kesamaan Yunus dengan aku.

1 comments:

VCVXCVEGE GEWGWE said...

anda tidak sendiri sobat, sudah bertahun2 lamanya aku terkagum-kagum dengan sikap Yunus, memang benar ada sisi yg berbeda dari Yunus, dia berani menyampaikan apa yg ada di hatinya...satu kalimatnya yg sangat dalam dan memiliki makna adalah >> "...Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah TELAH kukatakan itu, KETIKA AKU MASIH DINEGERIKU? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, SEBAB AKU TAHU, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka YANG HENDAK DIDATANGkan-Nya."

>Kata-kata yg saya bold, menjelaskan pemahaman Yunus tentang Allah yg dipahaminya bahkan ketika Allah pertama kali menyuruhnya ke niniwe.


Saya hanya temukan pola pemikiran dan karakter Yunus ini ada pada tokoh nabi Daud lewat kata2 dalam puisi mazmurnya, termasuk responnya terhadap Allah ketika daud merebut bersyeba secara tak terhormat.


Saya rasa pola karakter Yunus & Daud ini sangat kontras dengan nabi Saul maupun nabi Samuel sekalipun, termasuk Elia dan Elisa.

Aneh tapi nyata, (mudah2an saya salah) ada semacam perbedaan respon dari Allah terhadap "kesalahan" Yunus maupun Daud ketimbang Saul...


Hanya karna saul tidak membunuh semua isi kota yg diperangi dan iri kepada Daud bahkan ketika saul memohon pada Samuel untuk "membujuk" Allah, seakan tiada ampun, Allah menekannya hingga akhir hayatnya,,,, tapi respon yg beda muncul ketika Daud dan Yunus "bersalah" seakan sifat karakter Yunus dan Daud mampu "menggoda" dan "merayu" Allah lewat doa2nya untuk sebuah keampunan dosa...

Banyak pendeta hanya berkata bahwa kelebihan Daud adalah dia mau mengaku salah dan bertobat atas dosa2nya itulah sebabnya Allah mengampuninya..tapi dalam pandangan saya ada semacam keunikan dari cara dan pola karakter daud dan yunus yg mungkin bisa saya simpulkan sebagai alasan mengapa Allah begitu mengasihi kedua orang ini bahkan sebelum ada niat pertobatan dari kedua tokoh, dengan dua kata kesimpulan ... "KELUGUAN IMAN"

JBU.

Post a Comment