Wednesday 1 August 2012

Di Atas Perbedaan Keyakinan

Tidak mudah bersatu di atas perbedaan, tetapi bukan artinya tidak bisa. 

Isu perkawinan beda agama masih jadi isu yang sensitif di tengah masyarakat Indonesia. Banyak hubungan gagal atau ditentang dengan alasan perbedaan keyakinan. Orang-orang masih menganggap bahwa suatu rumah tangga harus dibangun dengan satu dasar yang persis sama, dengan begitu barulah rumah tangga bisa berjalan dengan harmonis. Alasannya mulai dari meminimalisir konflik, mempertahankan keyakinan masing-masing, sampai alasan ketidaksukaan pribadi terhadap keyakinan tertentu.

Menurutku, mereka salah. Dengan semua potensi konflik yang mereka sebutkan, nyatanya perkawinan beda agama pun bisa berjalan dengan harmonis, sama halnya dengan perkawinan yang dibangun di atas sebuah dasar keyakinan yang sama. Buktinya, Papa dan Mamaku.

Orang tuaku adalah pasangan dengan agama berbeda. Papa Budha, dan Mama pemeluk Islam. Dan mereka bisa bertahan hingga 14 tahun dan itu pun dipisahkan oleh maut. Selama 14 tahun pernikahan mereka, mereka tetap pada keyakinan masing-masing dan tidak pernah ada satupun pertengkaran yang berkaitan dengan keyakinan. Komunikasi mereka berjalan lancar, dan mereka tidak pernah saling mengganggu ketika yang lain menjalankan keyakinannya.

Terhadapku, mereka mengajarkan keduanya. Papa mengajakku ke kelenteng, berdoa di sana, dan memperkenalkan Tripitaka dengan bahasa Sanksekerta kepadaku. Di rumah, Mama juga sering menceritakan kisah nabi-nabi, mengajariku membaca Al-Quran, dan sempat memperkenalkan aku pada konsep solat. Di samping semua itu, mereka berdua malah sepakat memasukkan aku ke sebuah sekolah Katolik. :)

Kalau orang-orang lain mendengar ceritaku, mereka akan menganggap hal tersebut lucu dan luar biasa. Ini membuktikan bahwa sebegitu tidak mungkinnya pernikahan beda agama di mata mereka. 

Berlatar belakang keluarga pelangi ini, aku tumbuh menjadi manusia yang nggak mengerti kenapa orang-orang harus memperdebatkan dan alergi pada perbedaan. Aku malah suka menemukan perbedaan. Dan menurutku perbedaan itu indah. Sekalipun tiga tahun yang lalu aku gagal menjalin hubungan yang berlandaskan perbedaan, tetapi hal itu tidak membuatku takut untuk menjalani hubungan berbeda lainnya.

Menurutku perbedaan tidak seharusnya dijadikan penghalang. Malah perbedaan bisa memberikan warna  lain dalam sebuah hubungan. Kuncinya sebenarnya hanya keterbukaan, dan komunikasi yang lebih intems dam dalam. Tidak hanya di antara pasangannya saja, tetapi juga di antara keluarga.

Sampai sekarang aku belum pernah memilih orang berdasarkan agama. Dan aku pun tidak pernah memasukkan 'seiman' sebagai salah satu kriteria yang aku cari. Aku selalu berkata pada Tuhan, suatu hari nanti aku ingin Dia memberikan seseorang untuk menemaniku duduk di gereja dan memujaNya bersama-sama. Tapi kalaupun orang itu tidak bisa duduk di gereja dan memujaNya bersamaku, tidak apa-apa. Biarkanlah kami memujaNya dengan cara kami masing-masing. Ku pikir hal tersebut juga indah... 

Ada beberapa film yang indah mengenai hubungan yang berlandaskan perbedaan yang pernah aku tonton. Mungkin untuk kalian yang saat ini sedang mempelajari perbedaan atau menjalani hubungan yang berbeda dan masih menganggapnya rumit, kalian bisa menonton film ini.

1. Cin(t)a


Karya Sammaria Simanjuntak. Film ini menceritakan tentang Cina (Kristen) dan Annisa (Islam), yang sama-sama mencintai Tuhan dan saling mencintai. Sayangnya  mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda, dan mereka memujaNya dengan berbagai cara. 

Buat yang sudah menonton film ini tapi belum tahu kalau ada epilognya, aku muat linknya di sini=>



2. 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta

Yang satu ini disutradarai oleh Benny Setiawan. Dimainkan oleh Reza Rahadian, Fira Basuki, dan Arumi Bachsin. Tokoh di sini adalah Rosid dan Delia. Seorang pemuda Muslim dan gadis Kristiani. Again.

Film-film tadi mengangkat perbedaan dengan indah. Meski keduanya tidak berakhir dengan pernikahan di antara kedua tokoh utamanya, tetapi semoga dengan film ini bisa membantu kita melihat bahwa perbedaan itu bisa dijadikan indah dan sebenarnya tidak perlu dijadikan penghalang.

Selama masing-masing bisa teguh pada keyakinannya, tidak saling mengganggu, saling berkomunikasi, saling memahami, dan berkompromi, aku pikir hubungan dengan perbedaan keyakinan pun bisa berjalan selancar dan seindah hubungan dengan satu keyakinan. Bahkan bisa lebih indah.

Kita memang sudah berbeda, tetapi tidak perlu lagi dibedakan. Terima saja kalau kita memang berbeda. Dengan begitu kita bisa menjalani hubungan tersebut dengan lebih ikhlas.

Jadi, aku mau mengulang statement awalku tadi. Tidak mudah berdiri di atas perbedaan, tetapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa dilakukan.

0 comments:

Post a Comment