Wednesday 12 September 2012

Dia Tidak Akan Berkata, "Tinggallah Di Sini"

Seperti apa sosok seorang Ibu, Mama, Bunda, Umi, atau apapun kalian menyebutnya, bagi kalian? Aku masih ingat, ketika masih kecil dan aku mendapatkan pertanyaan semacam itu, jawabanku (yang aku yakin banyak juga dijawab oleh anak kecil lainnya), "Mama adalah orang yang melahirkan aku setelah 9 bulan mengandung aku di perutnya. Dia orang yang sangat baik dan cantik." Ya... kurang-lebih seperti itulah aku menjawab pertanyaan tersebut ketika kecil.

Sekarang, kalau aku ditanya siapa itu Mama bagiku, aku akan menjawab,

Mama adalah wanita hebat dengan kesabaran dan pengertian luar biasa yang rela menyembunyikan perasaannya sendiri dan menentang egonya demi memahami dan membiarkan anaknya berkembang sesuai jalan yang dipilihnya."

Ibu mana yang ikhlas begitu saja membiarkan anak satu-satunya mengambil jalan hidup yang masih dinilai kurang menjamin bagi sebagian besar orang? Tidak banyak, mamaku salah satunya. Ibu mana yang masih bisa tersenyum meski aku tahu senyum itu hanya digunakan untuk menyembunyikan kekhawatirannya ketika anak perempuannya bercerita bahwa dia ingin jadi jurnalis perang, atau jurnalis jalan-jalan tetapi ke pelosok-pelosok dunia yang terpencil dengan budaya luar biasa dan medan yang keras? Mamaku, dia orangnya. Dia tidak pernah melarang dan berkata, "Kamu ini perempuan. Lulus kuliah, cari suami mapan, menikah, punya anak, urus rumah, dan hidup bahagia sana!" Tidak. Dia tidak akan berkata seperti itu.

Jangankan meminta aku tinggal, dia malah berkata, "Yang penting kamu harus inget buat jaga diri kamu. Kamu harus raih kebahagiaan kamu." Dan dia mengatakannya masih dengan senyumnya itu.

Seumur hidup, dia tidak pernah berpisah lebih dari satu minggu dari anak satu-satunya ini sampai anaknya ini harus kuliah. Tapi, dia selalu berusaha menekan suara hatinya yang menolakku pergi jauh setiap kali aku bercerita bahwa aku ingin menjejakkan kakiku di Annecy, mempelajari gesture tangan orang-orang Itali, memotret Basilika St. Petrus, berkelana ke pedalaman Maluku dan Kalimantan, menyaksikan sendiri keindahan alam dan tradisi Papua, berada di tanah tertinggi di Pulau Jawa, puncak Mahameru, mengobrol dengan orang-orang asli di Pulau Paskah, mengobrol dengan penduduk sipil yang menjadi korban di daerah pemberontakan, mereka yang gamang berada di perbatasan, dan meresapi langsung filosofi masa depan suku Tuva.

Melepasku, anak satu-satunya ini, aku tahu tidak pernah menjadi sesuatu yang mudah untuk mama. Kalau ditanya lagu apa yang tepat untuk menggambarkan moment-moment seperti ini, mungkin aku akan memilih Corrinne May - Fly Away. Ini liriknya:

"When will you be home?" she asks
as we watch the planes take off
We both know we have no clear answer to where my dreams may lead
She's watched me as i crawled and stumbled
As a child, she was my world
And now to let me go, I know she bleeds
and yet she says to me

You can fly so high
Keep your gaze upon the sky
I'll be prayin every step along the way
Even though it breaks my heart to know we'll be so far apart
I love you too much to make you stay
Baby fly away

Autumn leaves fell into spring time and
SIlver-painted hair
Daddy called one evening saying
"We need you. Please come back"
When I saw her laying in her bed
Fragile as a child
Pale just like an angel taking flight
I held her as I cried

You can fly so high
Keep your gaze upon the sky
I'll be prayin every step along the way
Even though it breaks my heart to know we'll be so far apart
I love you too much to make you stay
Baby fly away
ohh...
I love you too much to make you stay
Baby fly away


Memandangi fotonya saat ini, aku sadar aku harus mengucapkan banyak sekali terima kash pada wanita itu. Wanita terhebat dalam hidupku, mamaku. Dalam kehidupan sosial kita, bisa ada yang namanya mantan teman, mantan sahabat, mantan pacar, mantan rekan kerja, tapi tidak pernah ada mantan mama. 

Hm, mungkin aku bisa dikategorikan manja ya? Entahlah... Tapi aku sendiri lebih suka menyebut diriku anak beruntung yang sejak kecil terbiasa berada dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan hangat. Karena itu, sekalipun aku bisa dikategorikan cenderung individualis, tetapi khusus untuk orang tua, Papa dan Mama, sedikit bagian dalam hatiku masih selalu merasa sangat terikat dengan mereka. 

0 comments:

Post a Comment