Friday 28 September 2012

Bahagia

Kali ini aku ingin menulis soal kebahagiaan. Terinspirasi dari notes yang ditulis oleh Rio Rahadian mengenai kebahagiaan yang membuat aku merenung beberapa hari ini. Notesnya bisa dilihat di sini.

Salah satu kalimat yang paling aku suka di tulisan tersebut adalah:
Aku senang bahwa aku masih bisa senang."
Simple, dalam. Kalimat itu membuat aku berpikir, apakah aku bahagia? Kalau iya, kenapa? Terlalu banyak berpikir ya? Kalau diukur dengan standar kebahagiaan orang-orang Thailand seperti yang digambarkan dalam buku Geography of Bliss karya Eric Weiner, aku pasti sudah dikategorikan tidak bahagia karena aku terlalu banyak bepikir. Menurut mereka, kebahagiaan adalah tidak berpikir. Aku, kebanyakan berpikir. :D

Tapi kebahagiaan nyatanya memang relatif, tidak bisa dipukul rata standarnya. Buktinya, setelah beberapa hari ini aku merenungkan hidupku, aku bisa berkata dengan yakin, AKU BAHAGIA! Dan alasannya memang bukan karena punya nilai bagus, atau punya pacar baru. Bukan.

Nilai bagus dan pacar baru memang membuat bahagia. Tetapi kebahagiaan seperti itu bisa diibaratkan dengan balon yang berisi gas hidrogen. Melayang, menari riang. Tapi lama-kelamaan gasnya habis, kemudian balon tersebut lama-kelamaan akan turun, hingga kemudian tidak lagi bisa terbang.

Aku sadar, aku bahagia karena hal-hal yang lebih baik dari itu.

Aku bahagia bisa hidup sampai hari ini. Sehat, meski kurus. :D . Tapi aku bisa makan sepuasku tanpa perlu takut gemuk dan repot diet. Bukankah itu juga luar biasa?

Aku bahagia kelima inderaku masih berfungsi sempurna sehingga aku bisa menyaksikan berbagai hal, mendengar banyak, dan merasa banyak. Keindahan matahari pagi, sengat mentari siang, merasakan peluh mengaliri tubuhku, memandangi dan menangkap titik-titik hujan, aroma tanah basah, jingganya senja, sampai gelapnya malam.

Aku bahagia masih bisa mengobrol dengan teman-teman lama dan teman-teman yang baru. Aku bahagia karena tidak pernah berhenti merasakan Tuhan dalam setiap detik hidupku. Aku punya anak-anak yang lucu dan selalu berhasil membuatku tidak pernah berhenti merasa rindu di BIA. Aku bahagia punya seorang Mama yang luar biasa hebat.

Sejak SMP, aku termasuk tipe orang yang selalu mengejar hal-hal besar dalam hidupnya. Mimpiku besar, sebanding dengan usahaku dulu. Sekarang, mimpiku pun masih besar. Aku masih ingin menjadi seorang jurnalis, memotret banyak hal di dunia ini melalui tulisan, masih ingin keliling dunia, masih ingin punya keluarga kecil yang bahagia.

Tapi untuk sekarang, semua rutinitas ini cukup. Kamar kosan yang nyaman dengan jendela besar yang selalu membuatku merasa bebas, hujan yang setia, ribuan MP3 di laptop, film-film animasi yang siap menghibur, orang-orang yang menyenangkan dengan segala keunikannya di kosan, di kelas, dan di kampus. Penantian akan tanggal 22 Desember, anak-anak di BIA, pacar yang hebat, Mama yang luar biasa, semua itu sudah cukup membuat aku merasa bahagia sekarang ini. Mungkin itu yang menyebabkan akhir-akhir ini aku tidak terlalu mengejar banyak hal.

Tapi kalau dipikir-pikir, untuk sesaat, kita memang perlu melupakan hal-hal besar dalam hidup kita, dan menengok hal-hal kecil.

Jadi, untuk sekarang aku bisa berkata, "Aku bahagia...."

0 comments:

Post a Comment