Thursday 20 September 2012

Mereka Gembala, Tapi Mereka Juga Manusia

Aku termasuk orang yang perfeksionis. Ditambah dengan ekspektasi yang sering kali tinggi, sering kali banyak hal jadi berujung pada kekecewaan. Misalnya, soal berhadapan dengan pastor-pastor di gereja.

Beberapa waktu lalu, aku suka sekali mengeluh ketika harus bertemu atau kebetulan mengikuti misa yang dipimpin oleh pastor yang aku nilai membosankan atau menyebalkan. Terkadang sampai berdoa, "Tuhan... Tolong, jangan kasih aku pastur ini....". Bandel memang, harusnya nggak boleh seperti itu.

Tapi akhir-akhir ini aku bertobat. Terima kasih Tuhan, akhirnya aku memutuskan untuk belajar lebih ikhlas, dan lebih menerima orang-orang apa adanya dengan kelebihan, kekurangan, dan keunikan masing-masing. Pastor sekalipun adalah gembala bagi umatnya, salah satunya juga bagiku, tetapi mereka juga manusia biasa. Yang bisa salah, yang punya kekurangan, yang tidak boleh dinilai terlalu tinggi. Tidak adil rasanya ketika menghendaki mereka selalu tampil sempurna.

Aku belajar menerima bahwa mereka adalah manusia biasa dengan pribadi unik masing-masing. Ada yang memang jail, ada yang menyenangkan untuk diajak ngobrol, ada yang berpikiran terbuka, ada yang bahkan sangat ketat memegang dogma-dogma, ada yang humoris, ada yang kaku dan membosankan, ada yang sangat terburu-buru. Semua itu menjadikan mereka unik, sama seperti aku dan yang lain, manusia lainnya.

Tuhan, maaf... Anak-Mu ini beberapa waktu lalu terlalu banyak mengeluh dan menuntut pada pastor-pastornya. Kasihan sekali beberapa dari mereka... Maafkan aku karena sempat merasa sebal pada beberapa pelayan-Mu itu yang sebelumnya menurutku menyebalkan. Tapi sekarang aku janji, untuk bersikap lebih toleran dan tidak lagi membedakan. Mereka gembala, tetapi mereka juga manusia. Aku janji nggak pilih-pilih lagi.

0 comments:

Post a Comment