Saturday 15 September 2012

Ternyata Aku Tidak Semandiri Itu

Sejak SMA, orang bilang aku ini perempuan yang mandiri. Kelewat mandiri malah, menurut mereka. Aku lebih sering mengerjakan semuanya sendiri, hampir tidak pernah meminta bantuan orang lain termasuk teman laki-laki. Hampir tidak pernah menunjukkan rasa takut sehingga tidak terlihat perlu dijaga.

Untuk beberapa waktu, aku berpikir penilaian mereka betul. Aku memang tidak butuh dijaga, dibantu, dikhawatirkan. Dalam kondisi apapun, aku mampu tangguh, dan menyelesaikan semuanya sendiri. Tapi sekarang, aku pikir aku tidak terlalu seperti itu. 

Semandiri apapun seorang perempuan, ia tetap ingin diperhatikan dan merasa spesial. Secara psikologis, kami memang selalu ingin jadi yang spesial, yang nomor satu minimal di hati seseorang. A woman's heart is a deep ocean of secrets (Titanic-1997). Semandiri dan semodern apapun, perempuan tetaplah perempuan. Aku pikir rasanya menyenangkan menjadi spesial untuk seseorang yang juga spesial, dan mendapatkan perhatian sesimple apapun itu.

Saat menulis ini, aku sedang kurang enak badan. Masuk angin sepertinya. Dan aku sedang menunggu kiriman bubur dan obat dari seseorang yang spesial. Mudah sebenarnya untuk membeli bubur sendiri. Tinggal keluar dan berjalan beberapa langkah. Tapi aku merasa sesekali menyenangkan juga membiarkan seseorang melakukannya untukku. Dan aku berpikir, jadi seperti ini rasanya bergantung pada seseorang. Nyaman dan hangat. Rasanya hatiku dipenuhi pendar-pendar cahaya yang siap meledak-ledak. :)

0 comments:

Post a Comment