Sunday 12 August 2012

Bab Keanehan

Satu lagi manusia yang mengomentari fakta bahwa aku memilih orang seperti kamu dengan kalimat 'aneh'. Again, untuk kesekian kalinya di antara komentar yang dilontarkan teman-teman dekatku. Aku jadi berpikir,  seaneh itu ya?

Okay, sejak dulu mereka memang mengenalku sebagai alien dari konstelasi Orion. Iya, benar. Mereka bilang, aku dititipkan oleh orang tua alienku kepada manusia bumi, yaitu papa dan mamaku, untuk dirawat dan dibesarkan. Dengan harapan, suatu hari bisa kembali ke tempat asalku dengan pengetahuan baru.  Sayangnya, sekarang aku terjebak di bumi. Dan alasan kenapa selama ini aku tidak pernah bisa menjadi gemuk sekalipun begitu banyak makanan masuk dalam perutku adalah karena makanan di bumi memang bukan jenis makanan asliku, dan tidak cocok dengan sistem metabolisme tubuhku. Great theory. Patut diberi applause. 

Jadi sekarang, manusia harus bersiap-siap menghadapi invasi yang sedang aku rencanakan karena aku akan mengambil alih bumi... *mulai fubar

Well, back to the topic. Semakin lama aku semakin bertanya-tanya apa begitu aneh jika aku pada akhirnya memilih kamu? Seperti yang pernah aku ungkapkan sebelumnya, kamu dan aku memang jauh berbeda. Ya katakanlah ibaratnya kalau hobimu itu memejamkan mata dan menikmati alunan musik klasik, maka aku akan memilih menyetel musik dangdut kencang-kencang dan bergoyang mengikuti hentakan gendang. Mari kita bayangkan kalau hobi kita itu disatukan. Eksotis. *grin

Tapi tetap saja bagi teman-teman dekatku, alien sepertiku memilih manusia biasa-biasa saja seperti kamu itu merupakan sebuah hal yang luar biasa dan patut diteliti melalui serangkaian interogasi. Ketika aku melihat semua perbedaan dan ke'biasa'an kamu itu sebagai sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah keseimbangan dan perpaduan, mereka menyebut semua itu sebagai kemungkinan bom waktu.

Baiklah... Tidak apa-apa. Mungkin memang sedikit tidak biasa ketika ada seorang alien memilih berpasangan dengan manusia (biasa) yang punya jadwal teratur, rencana jelas, dan visi yang real. Sementara alien sepertiku cenderung serabutan, mengawang-awang, dan (sok) idealis. Tapi kamu tahu, aku ini cukup keras kepala dan pantang menyerah. Aku pikir kedua sifat itu cukup saja untuk bisa bertahan dengan kamu.

Sesungguhnya aku sendiri tidak tahu pasti apakah kita ini adalah kesempatan atau memang bom waktu. Belum ada teori yang mampu membuktikannya. Tapi siapa peduli? Kalaupun mungkin pada akhirnya kita ini sebenarnya hanyalah bom waktu, maka ya sudahlah... Sekarang kita lihat saja berapa lama sebenarnya waktu yang dimiliki bom ini, dan kita berharap saja agar ketika dia meledak, tidak ada satupun di antara kita yang terluka parah. :)

0 comments:

Post a Comment