Tuesday 28 August 2012

Bahagia

"Bahagia itu keputusan. Bukan cita-cita."

-Agnes Jessica-


Baru saja aku membuka blog lama milik salah seorang teman, dan menemukan kalimat di atas. Bahagia bukan cita-cita. Itulah kenapa cita-cita ingin menjadi orang yang bahagia itu abstrak, absurd.

Bicara soal bahagia, aku bahagia. Dengan cara rumit maupun simple.

Pertama aku bahagia sudah dilahirkan dan menjadi satu di antara kurang-lebih tujuh milyar manusia di bumi saat ini. Sekalipun kelahiran merupakan konsekuensi dari hubungan antara seorang pria dan wanita, tetapi manusia yang dilahirkan tetap punya hak untuk mengisi hidup yang tidak pernah ia minta itu dengan bahagia dan penuh cinta. Dan aku menikmatinya...

Aku bahagia bisa menari di bawah hujan ditemani lagu I Remember dari Mocca, kemudian duduk di dekat jendela dengan rambut basah dan segelas besar cokelat hangat ditemani suara Adhitya Sofyan di lagu After the Rain. Aku bahagia bisa mencicipi berbagai makanan enak tanpa takut gemuk. Bereksperimen di dapur dengan berbagai resep dan bahan baru.

Aku bahagia bisa mengendarai sepedaku melintasi jalanan kota Bandung, merasakan angin maupun sengat matahari, sesekali bertengkar secara implisit dengan pengendara mobil yang egois, kemudian beristirahat di pinggir jalan dan menikmati sebotol air putih yang menyegarkan.

Aku bahagia bisa berbaring santai dan menulis di kamar kosanku yang baru, yang berjendela besar seperti kesukaanku, tanpa terganggu. Membaca atau sekadar berbaring di antara tumpukan-tumpukan buku di atas kasur pun membuatku bahagia. Selain itu, bisa dikelilingi anak-anak kecil yang begitu menyenangkan di gereja, mengobrol dengan Dia setiap waktu, dan bisa mengamati orang-orang. Sejak dulu aku memang suka keramaian, meski tidak terlalu suka menjadi bagian dari keramaian tersebut.

Ketika bisa mengikhlaskan kepergian seseorang, aku bahagia. Ketika bisa melihat teman-temanku berjalan di jalannya masing-masing saat ini, aku luar biasa bahagia. Ketika bisa tertawa bersama mereka, aku selalu bahagia. Ketika bisa melihat Mama tersenyum, aku tidak bisa mengatakan bagaimana bahagianya aku.

Mengetahui bahwa ada kamu bersamaku saat ini pun, aku bahagia...

Tanpa pernah menyadari semua hal yang bisa membuat kita bahagia dalam hidup ini, kebahagiaan hanya akan menjadi cita-cita. Dan seperti yang disebutkan di awal, bahagia itu keputusan, bukan cita-cita. Sekarang, aku sudah memutuskan bahwa aku bahagia.

Lalu kamu, apakah kamu bahagia? Seberapa bahagia?

0 comments:

Post a Comment